Kakakku Tersayang

            Yang saya akan ceritakan ini merupakan pengalaman pribadi keluarga kami. Sebelumnya saya kenalkan anggota keluarga saya, saya merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Saya mempunyai dua kakak , yang pertama laki – laki dan kakak saya yang kedua adalah perempuan. Saya dengan kakak saya yang pertama beda tujuh tahun sedangkan dengan kakak saya yang kedua beda lima tahun. Disini saya akan menceritakan peristiwa yang tidak akan kami lupakan dikeluarga kami. Ketika lulus SMA kakak saya yang laki – laki langsung disuruh mendaftar polisi oleh bapak saya. Dan kakak sayapun langsung mengiyakannya.

            Dahulu saya itu masih berada di kelas dua SMP. Dan kakak saya yang perempuan waktu itu sedang duduk di kelas tiga SMA. Setelah kakak saya yang laki – laki mengiyakan kepada bapak saya bahwa setuju untuk mendaftar menjadi polisi, kakak saya pun langsung berlatih tiap pagi dan sore, yaitu berlatih fisik seperti lari, push up, sit up dan restock. Selain berlatih fisik kakak saya juga berlatih psikotes dengan pantauan bapak saya. Selain itu juga mengurus surat – surat/ berkas –berkas yang akan diperlukan untuk pendaftaran tersebut. Tidak lama pun pembukaan pendaftaran tersebut dibuka. Kakak sayapun segera menyiapkan berkasnya dan langsung mendaftar. Sebelumnya kenapa bapak saya ingin sekali anaknya menjadi polisi, itu dikarenakan kakak saya adalah anak pertama dan supaya nanti hidupnya enak kedepannya. Selanjutnya bapak saya pun selalu menyempatkan waktunya dinesnya untuk mengantar kakak saya menjalankan tes nya. Tes demi tes alhamdulilahnya kakak sayapun lolos. Tes tersebut hanya berlangsung sekitar sebulan.

            Disinilah saat – saat yang menenggangkan bagi kami sekeluarga, gimana tidak ini merupakan pengumuman terakhir diterimanya atau tidak kakak saya menjadi polisi. Dan pada saat itu juga bapak saya tidak mengantar kakak saya pada saat tes dan pengumumannya dikarenakan sakit. Kami pun sekeluarga menunggu kabar dari kakak saya itu, sampai sekitar jam 2 pagi kakak saya tidak mengabari dan ternyata dia pulang dengan rambut yang sudah gundul kami pun sekeluarga menangis melihatnya. Perjuangan belum sampai disini. Karena besoknya sekitar jam 6 pagi kakak saya sudah harus berangkat pendidikan ke Lido sukabumi. Begitu singkat waktu yang dia berikan ke kami semua. Kami pun menyiapkan pakaian dan perlengkapan – perlengkapan yang diperlukan besok. Waktu itupun tiba kami hanya bisa mengantar sampai depan rumah saja. Kakak sayapun berangkat untuk menjalankan pendidikan yang sekitar 7 bulan. Waktupun tidak terasa berlalu begitu cepat, pendidikan pun selesai dan kami sekeluarga diperbolehkan menjemput kakak saya. Sedih, senang dan terharu bercampur semua. Siapa yang nyangka sewaktu SD, SMP, SMA pun kakak saya yang satu ini jarang sekali memegang buku untuk belajar.

            Dan dahulu kakak saya ini juga merupakan anak punk sebelum jadi polisi, dank arena orang tua saya khawatir dengan pergaulan kakak saya maka dari itu lebih baik didaftarkan menjadi polisi saja. Bapak saya pun merasa senang karena anak pertamanya sudah jadi orang. Lalu kakak saya magang dan tidak lama magang berakhir kakak saya dines di polda metrojaya. Dua tahun dines siapa yang tahu bahwa umur kakak saya sesingkat itu. Peristiwa meninggalnya kakak saya itu ketika ia sedang dines malem melakukan patroli, dan patrol tersebut selesai dijalankan dengan baik bersama rekan – rekannya, ketika kakak saya sedang menaikkan kursi – kursi ke mobil tiba – tiba ada mobil yang secara ugal –ugalan menabrak kakak saya, yang memang sebelumnya menabrak komandan dan pengendara yang berada di dekat tempat kejadian.

            Kakak sayapun terlempar jauh, memang tidak ada luka luar ditubuhnya. Kami yang dirumah khusunya ibu saya pun mempunyai firasat ketika bunyi telepon dirumah ibu sayapun langsung memanggil nama kakak saya. Nah ternyata benar itu telepon dari kepolisian yang memberitahukan bahwa kakak saya mengalami kecelakaan dan akan dibawa kerumah sakit persahabatan, telepon pun berbunyi kembali bahwa kakak saya dipindahkan kerumah sakit UKI karena dirs persahabatan tidak lengkap peralatannya.

            Dan kamipun diberitahukan bahwa yang terkena luka hanya tangan, kamipun agak lega mendengarnya. Tetapi sewaktu orangtua saya sampai rumah sakit itu ternyata yang terkena adalah kepala, yaitu pendarahan di otak. Kakak sayapun dari tabrakan tersebut tidak sadarkan diri. Kamipun lemes dan menangis mendengar bahwa kepala yang terkena. Kami hanya bisa berdoa dan berdoa untuk kesembuhan kakak saya. Dokter menyarankan untuk segera di operasi agar pendarahan di otak bisa dikeluarkan. Ibu sayapun bingung dan sudah pasrah. Dan bapak saya mengiyakan untuk dilakukannya operasi kepada kakak saya. Sebelumnya dokter mengatakan bahwa jika operasi berhasil kemungkinan normal kakak saya hanya 5 % saja. Ibu saya pun menangis terus dan akan menerima kakak saya bagaimanapun kondisinya. Operasipun dilakukan, tidak lama dokter keluar dan memberitahukan operasi berhasil. Sayapun melihat kakak saya keruangan icu, disaat itu bapak saya sedang mencari obat untuk kakak saya. Banyak sekali rekan – rekan polisi yang terus berdatangan ke rs tersebut.

            Sayapun tidak tega melihat kakak saya yang terbaring diranjang rumahsakit. Teman bapak sayapun membacakan yasin dan ada respon dari kakak saya untuk membuka matanya tetapi sulit sekali sepertinya. Disitu kamipun punya harapan bahwa kakak saya akan bisa kembali berkumpul. Tidak lama saya melihat ternyata dokter sudah ngumpul di tempat kakak saya berbaring untuk melakukan tindakan seperti menekan jantung dengan alat – alat rumahsakit. Dan disaat itu ibu saya sedang berada dimushola dan terus berdoa. Tidak lama kami diberitahukan bahwa kakak saya pun sudah tidak ada. Hancur rasanya mendengar berita tersebut. Tidak lama bapak saya dating dan membawa obat, dan setelah tahu kabar tersebut bapak sayapun menangis ngejer karena tidak menyangka bahwa anaknya sudah tidak ada. Kamipun dan rekan – rekan polisi kakak saya pada menangis.


            Tetapi disatu sisi ibu saya belum diberitahukan karena takut ibu saya syok, karena ibu saya itu saying sekali dengan kakak saya ini. Apa mungkin karena ank laki – laki satunya. Tetapi bapak saya terpaksa memberitahukan ibu saya secara perlahan – lahan dan benarkan ibu saya langsung lari dan histeris menangis. Kamipun terasa lemas dan hanya bisa menangis, karena orang yang kami sayangi sudah tidak ada. Ibu sayapun masih tidak terima dan sempat pingsan.beberapa lama kemudian jenazahpun tiba dirumah kami semua berlimpahan air mata. Tidak lama kemudian lalu disolatkan dan akan dimakamkan dengan upacara kepolisian. Setelah peristiwa itu ibu sayapun jadi sering bengong dan suka berbicara kepada foto kakak saya dan sedihnya lagi dahulu ibu saya gemuk dan sekarang badannya tidak seperti dulu lagi, yaa saya tahu itu semua akibat pikiran. Tetapi apa daya kami, sekarang ini kami hanya bisa berdoa untuk kakak saya yang tersayang. Hanya doa dan doalah yang bisa kami berikan sekarang ini. Kami sayaang kamu kakakku …..     


Komentar