Saya adalah
sosok anak yang tinggi dan berbadan tidak gemuk tidak juga kurus. Wajah saya
biasa saja, hobi saya adalah olahraga dan seorang anak yang mempunyai cita-cita
menjadi polisi wanita. Saya mempunyai banyak teman dan berkepribadian ramah dan
sopan, saya anak ketiga dari tiga saudara, kakak pertama saya laki-laki dan
kakak yang kedua saya perempuan. Saya lahir di Jakarta tepatnya bulan April.
Tempat tinggal saya sekarang di Jakarta, dahulu saya sering berpindah-pindah
karena harus mengikuti bapak saya yang tugasnya terkadang juga harus dipindah-pindah
oleh kesatuan. Saya dahulu merupakan sosok anak yang lemah sewaktu kecil karena
sering sakit, tetapi beranjak dewasa daya tahan tubuh sayapun semakin kuat
tidak seperti dahulu lagi.
Saya merupakan anak yang pendiem, berbeda
dengan teman-teman saya yang terkadang selalu ramai. Bukan saya tidak suka
keramaian, tetapi ada kalanya saya bersikap ramai tergantung situasi dan
kondisi saat itu. Saya juga termasuk anak yang tomboy, karena saya sering
bermain dengan laki-laki dan karena badan saya juga tinggi besar beda sama
teman-teman perempuan saya sewaktu saya sekolah. Sewaktu saya bersekolah di
Sekolah Dasar saya selalu diantar jemput oleh ibu saya ataupun kakak saya
setiap harinya, karena jarak sekolah dengan rumah saya pun tidak terlalu jauh.
Tetapi setelah saya duduk di kelas
lima dan enam SD saya sudah tidak di antar jemput, saya selalu berangkat dan
pulang sekolah bareng-bareng dengan teman-teman saya. Pada saat usia saya 13
tahun disaat itu saya mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Pertama(SMP) itupun
lokasinya tidak jauh dari rumah saya, jadi saya berangkat sekolahpun jalan kaki
bareng-bareng teman saya. Banyak sekali teman SD saya yang masuk SMP bareng
saya, senang sekali bisa bertemu dengan mereka semua walaupun ada sebagian juga
yang masuk pesantren. Pada saat usia saya 14 tahun saat itu keluarga sayapun
mendapat musibah atau cobaan yang begitu besar.
Saya ingat sekali waktu itu hari
sabtu malam sekitar jam 11 malam rumah saya ditelepon dari kepolisian, sayapun
kaget dan disaat itu ibu saya teriak langsung menyebut nama kakak laki-laki
saya yang seorang polisi. Alhasil benar dugaan ibu saya bahwa kakak laki-laki
saya mengalami kecelakaan ketika sedang bertugas saat selesai patroli.
Kami yang dirumah pun syok mendengar
berita tersebut, ibu dan bapak sayapun bergegas kerumah sakit untuk melihat
keadaan kakak saya. Beberapa hari dirawat di ruang icu karena pendarahan di
otak, ALLAH pun berkehendak lain untuk kakak laki-laki saya. Di usia dia yang
masih muda yaitu 20 tahun, kamipun harus ditinggalkannya dan merelakan dia
pergi dengan tenang. Saya, ibu, bapak dan kakak perempuan saya semua terpukul
dengan keadaan tersebut, sebisa mungkin kami semua bangkit untuk melanjutkan
hidup dan berusaha mengikhlaskannya. Setelah beberapa bulan lamanya kamipun
baru bisa benar-benar beraktifitas seperti biasanya walaupun terkadang sering
keingatan juga dengan almarhum kakak saya. Dan disaat itu saya ingin
menggantikan posisi kakak saya yaitu menjadi polisi, keinginan saya kuat sekali
untuk cita-cita itu, sayangnya umur saya sewaktu itu masih 14 tahun, tetapi
saya yakin saya bisa membuat ibu saya bangga dengan saya bisa menjadi polisi
seperti almarhum kakak saya.
Dari situlah saya menjadi lebih suka sekali olahraga, biasanya saya lari,
bermain bulu tangkis ataupun bermain voli, tetapi yang saya lebih rajin yaitu
lari karena di tes polisi tersebut pasti lari juga faktor utama kekuatan fisik
saya. Sewaktu di SMA saat usia 18 tahun sayapun dan teman laki-laki saya
menyiapkan persiapan untuk mendaftar polisi tersebut, sebelumnya sayapun sudah
minta izin dan membicarakannya kepada bapak saya, dan bapak sayapun mendukung
cita-cita saya tersebut. Sayapun senang sekali mendengarnya, saya juga dilatih
renang tetapi tidak sering. Setelah lulus dari SMA tersebut saya sempat bingung
untuk melanjutkan kuliah atau menunggua pendaftaran polwan. Akhirnya saya dan
bapak saya memutuskan untuk menunggu pendaftaran polwan tersebut, kurang lebih
setahun menunggu pendaftaran itu akhirnya ada juga tetapi ALLAH berkehendak
lain karena pada saat pendaftaran tersebut dibuka, tepat setelah 5 tahun
kepergian kakak saya , keluarga saya pun mendapatkan musibah dan cobaan lagi
yaitu bapak saya meninggal dunia tidak lama ketika pulang dinas, kami semua
sangat terkejut karena itu sangat mendadak sekali.
Kami pun kaget dan syokh
mendengarnya. Ibu saya pun sempat pingsan berkali-kali karena tidak kuat
melihat bapak saya yang sudah berbaring tidak bernafas. Sayapun bingung
memikirkan untuk kedepannya gimana kami tanpa bapak saya seorang kepala
rumahtangga, tetapi untungnya kakak perempuan saya sudah kerja, itu sangat
membantu sekali.
Disitulah pupus cita-cita saya
menjadi seorang polisi wanita dan saya
tidak boleh mengecewakan ibu saya , sayapun bertekad untuk kuliah dengan
serius. Walaupun sampai saat ini cita-cita itu masih saya inginkan tetapi
mungkin ini jalan yang terbaik buat saya. alhamdulilahnya sayapun di bangku
kuliah mendapat beasiswa, hal tersebut membantu ibu saya dalam masalah
keuangan. Sayapun berjanji kepada diri saya untuk selalu berusaha membuat ibu
saya bangga kepada saya dan akan membahagiakan ibu saya serta saya akan menjaga
ibu saya sebaik mungkin selagi saya bisa, karena sampai saat ini hanya ibu saya
yang saya punya dan selalu sayang kepada saya. Dengan demikian dari semua cobaan yang saya alami membuat saya menjadi pribadi yang kuat dan mandiri.
Komentar
Posting Komentar